Rabu, 17 Agustus 2011

Bintang


               Ini adalah pengalaman yang pernah kulupakan. Cerita ini berawal saat aku sedang bermain dengan teman dekatku.

***
 
“ Bintang. Tunggu aku.” Teriak seseorang. Itu adalah suara yang aku kenal.
 “ Ayo Pluto kau harus bisa mengejarku!” aku terus berlari secepat mungkin menghindar dari Pluto tapi pandanganku terus menghadap ke arah Pluto..
“ Bintang, jangan kesana! Bintang lihatlah depanmu! Bintang!!!” Pluto berteriak sangat keras.
Aku tak tahu mengapa dia khawatir. Ketika aku melihat kedepan, ternyata ada sebuah sungai yang sangat besar. Aku tak bisa menghentikan lariku dan akhirnya aku terjatuh. Aku berusaha untuk berpegangan pada apapun. Hanya saja usahaku sia-sia. Lalu aku tak sadarkan diri.

***

 “ Nak, bangunlah nak.” Suara seseorang membangunkanku. Entah kenapa aku merasa aneh. Aku tak tahu siapa aku dan darimana aku.
 “ aku dimana? Siapa aku?” tanyaku pada orang itu. Ternyata orang itu adalah nenek-nenek yang sudah tua.
 “ Nak, kau hanyut di sungai tadi. Kalau aku perkirakan kau sudah terlalu lama mengapung di sungai. Karena bajumu sangat basah bahkan sudah mulai tumbuh jamur di bajumu. Namamu siapa nak?” Tanya nenek itu.
“ Aku tak tahu siapa aku.” Kataku. Aku berusaha mengingat siapa diriku.
 “ Mungkin karena terlalu banyak air yang masuk kepala tadi sehingga kau lupa. Sebaiknya kau tinggal saja disini sampai kau mengingat semuanya. Nenek akan buatkan kau teh hangat.” Nenek itu meninggalkanku.
                Aku melihat ada sebuah cermin di kamar itu. Aku berkaca dan aku melihat diriku sendiri. Aku terlihat sangat kotor. Mungkin benar apa kata nenek itu aku terlihat sudah terlalu lama mengapung di sungai. Kepalaku pun terasa berat rasanya hingga aku tak kuat dan aku membaringkan tubuhku perlahan.
  “ Ini teh hangatnya. Kau minum dulu.” Nenek itu menyodorkan segelas teh hangat yang masih mengepulkan asap. Aku meminumnya perlahan. Rasanya sangat nyaan di tubuh dan kepalaku tak terlalu berat lagi.
“ Bagaimana sekarang keadaanmu. Kau baik-baik saja kan?” Tanya nenek.
“ ya rasanya kepalaku sedikit ringan. Nyaman sekali.” Kataku.
“Sebaiknya kau beristirahat dulu hingga keadaanmu pulih. Setelah itu kita cari tahu siapa kau.” Kata nenek itu lalu meninggalkanku.
                Aku hanya diam saja. Keesokan harinya keadaanku sudah membaik dan aku juga membantu nenek melakukan pekerjaannya. Nenek itu adalah seorang petani yang tinggal sendiri. Cucunya dan anaknya pergi ke negeri seberang untuk mencari pekerjaan. Sementara dia di tinggal sendirian di desa itu. Setiap malam aku selalu melihat kelangit. Mungkin saja disana ada namaku yang tertulis. Tapi itu mustahil. Entah kenapa aku sangat tertarik dengan langit.
                Tetanggaku adalah seorang guru. Dia mengajarkanku tentang langit dan juga benda-benda angkasa. Seperti nama-nama planet, rasi bintang, revolusi dan rotasi. Aku sangat suka mempelajari semuanya. Akhirnya mereka memanggilku angkasa karena aku sangat suka tentang angkasa.
Suatu hari guru Chong bertanya padaku, “ Hei, Angkasa. Apa kau sudah menemukan namamu sendiri?”
 “ Belum guru. Aku masih belum tahu siapa aku. Tapi aku seperti tidak asing dengan nama Pluto. Seperti nama seseorang. Entah memang ada orang yang bernama Pluto atau tidak. Tapi aku masih tak terlalu yakin.” Kataku.
“ Kau tadi bilang orang yang bernama Pluto?” tanyanya.
“ Iya. Aku seperti mengenal nama itu, tapi aku tak tahu apakah memang ada orang yang bernama Pluto?” kataku.
“ Ada. Aku mengenalnya. Dia adalah temanku yang tinggal di kerajaan Angkasa. Dia adalah teman dekat putri kerajaan Angkasa. Mungkin kau masih ada hubungannya dengan Pluto. Bagaimana kalau besok kita pergi ke kerajaan Angkasa?” guru Chong memberi usul.
" Dimana kerajaan Angkasa itu? Memang ada kerajaan bernama Kerajaan Angkasa." Tanyaku.
" Letaknya jauh dari sini. Butuh berhari-hari untuk perjalanan kesana dengan berjalan kaki. Itu kerajaan besar yang terkenal. Apalagi kerajaan Pluto memiliki putri semata wayang yang cantik dan baik hati." Kata guru chong
 “ tapi, nanti bagaimana dengan nenek? Aku tak tega kalau meninggalkannya. Kan nenek sendirian.”
“ nenek itu adalah orang yang kuat. Bahkan sebelum kau ada disini dia sudah bisa menghidupi dirinya. Apalagi ketika kau datang, hidupnya lebih dari cukup.” Kata Guru Chong.
“ baiklah. Malam ini aku akan minta izin pada nenek.” Kataku. 
                     Lalu aku pulang dan segera memberi tahu pada nenek bahwa aku akan pergi dengan guru Chong. Untunglah nenek mengizinkanku pergi dengan guru chong. Keesokan harinya aku pergi meninggalkan nenek. Selama 5 hari kami melakukan perjalanan. Akhirnya kami sampai juga di kerajaan Angkasa. Kami langsung pergi ke rumah Pluto. Ketika sampai, guru Chong dan Pluto itu melepas rindu.
 “ Pluto, sudah lama kita tak bertemu. Bagaimana keadaanmu sekarang?” Tanya guru Chong.
“ aku baik-baik saja. Bagaimana keadaanmu disana Chong. Apa kau masih menjadi seorang guru?” Tanya Pluto.
“ Tentu saja. Itu sudah cita-citaku sejak dulu. Oh ya Pluto kenalkan ini temanku namanya Angkasa. Dia amnesia. Sampai saat ini dia belum ingat siapa nama aslinya dan asalnya.” Guru Chong memperkenalkanku pada orang yang bernama Pluto itu. Aku berjabatan tangan dengannya. Dia sangat kaget pada saat berjabat tangan denganku, seperti melihat hantu saja. 
 “ Hei Pluto, mengapa wajahmu seperti ketakutan begitu?” Tanya Guru Chong kebingungan.
“ Putri Bintang, bagaimana anda bisa berada disini. Bukankah anda telah meninggal ketika terjatuh di sungai?” tanyanya.
“ Maaf maksud anda apa? Aku tak mengerti. Namaku bukan bintang, tapi namaku Angkasa.” Kataku.
“ Bagaimana bisa aku melupakan wajah putri Bintang. Wajahnya yang berseri seperti bintang yang bersinar terang dan ketertarikannya dengan angkasa itu yang takkan bisa kulupakan.” Kata Pluto.
 “ kalau kau tak percaya masuklah. aku masih memiliki foto-foto putri Bintang dan aku saat bermain.” Pluto mengajakku masuk.
  “Dia adalah kau Bintang.” Kata Pluto.
                    Ketika aku melihat foto itu hanya ada sebagian yang aku ingat. Aku masih belum bisa percaya bahwa aku adalah putri kerajaan angkasa. Aku berlari meninggalkan mereka karena masih tak percaya dengan apa yang baru saja kulihat. Aku berlari ke tepi sungai. Karena aku tak bisa melihat jalan dengan jelas karena mataku penuh air mata, aku terjatuh dan terbentur pohon yang besar.

***
 
“ Angkasa, bangun.” Aku seperti mengenal suara itu. Benar itu adalah suara guru Chong.
“ Kau baik-baik saja?” Tanya guru chong.
“ Ya, aku baik-baik saja guru.” Jawabku.
“ Apa kau sudah mengingat siapa dirimu?” tanyanya. Untuk beberapa saat aku terdiam dan mengingat sesuatu dan akhirnya aku ingat.         
“ Guru Chong, aku ingat siapa aku guru Chong. Namaku Bintang.” Kataku aku bersorak kegirangan karena dapat mengingatnya.
                   Akhirnya aku diantarkan Pluto kembali ke istana. Ayah dan ibuku sangat senang ketika aku kembali. Aku menceritakan semua tentang nenek dan guru Chong serta penduduk desa yang baik padaku. Ibuku menyuruhku untuk mengajak nenek tinggal di istana. Tapi, nenek tak mau karena dia lebih suka tinggal di gubuknya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar