Sabtu, 24 Agustus 2013

TANPA KEHADIRAN IBU



            Hari ini adalah perayaan hari ibu. Tepat tanggal 22 Desember. Seperti sudah tradisi, seluruh siswa SMP Bhakti sibuk membuat kartu ucapan dan kado untuk ibu mereka masing-masing. Begitu pula dengan siswa-siswi di kelas 8-B. Tetapi, ada seorang siswi yang hanya duduk merenung saja dan tak membuat kartu ucapan seperti teman-teman lainnya. Siswi itu bernama Lili. Dia terlihat sedang bersedih. Karena melihat Lili sedang bersedih, Susi menghampiri Lili.
            “ Hai Lili. Mengapa kau tidak membuat kartu ucapan untuk ibumu?” Tanya Susi
            “ Untuk apa aku membuat kartu ucapan untuk ibuku. Tak ada gunanya. Lagi pula hari ibu tak bisa kurayakan.”
            “ Mengapa kau berkata begitu? Apa kau tidak menyayangi ibumu?”
            “ Tentu saja aku menyayangi ibuku. Tapi, ibuku sudah meninggal beberapa waktu lalu. Aku tak bisa merayakan hari ibu seperti tahun-tahun sebelumnya dan aku tak bisa merayakan hari ibu sepertimu. Hari ibu tanpa kehadiran ibu rasanya hampa. Aku benar-benar merindukan ibu. Setiap kali aku mengingat ibu aku selalu menangis. Mengapa ibu tega meninggalkanku? Apakah ibu tak sayang padaku?” Kata Lili sambil menahan tangis.
            “ Kalau ibumu sudah meninggal, lalu kau tinggal dengan siapa?”
            “ Tentu saja dengan ayahku.”
            “ Oh begitu. Kau masih bisa merayakan hari ibu meskipun tanpa ibumu.”
            “ Bagaimana bisa? Hari ibu tentu saja harus ada ibu.”
            “ Tenang saja. Nanti akan ku beritahu bagaimana caranya. Kau mau tidak?”
            “ Aku tidak yakin.”
            “ Percayalah padaku. Aku akan membantumu. Kau mau atau tidak?”
            “ Baiklah aku mau. Lalu apa yang akan kita lakukan?”
            “ Nanti kita buat kartu ucapan. Tapi dirumahmu saja.”
            “ Baiklah.”
***
            Saat pulang sekolah, Susi tidak segera pulang. Dia pergi ke rumah Lili terlebih dahulu. Sesampai dirumah Lili, Susi memberi tahu bagaimana caranya merayakan hari ibu tanpa kehadiran ibu. Awalnya Lili tak setuju dengan cara Susi. Susi lalu menjelaskan sesuatu pada Lili. Setelah lama Lili mempertimbangkan saran Susi, akhirnya dia mau juga.
            Susi dan Lili sibuk membuat kartu ucapan dan menyiapkan kado. Setelah semua selesai dan terbungkus rapi, Lili memandangi hasil buatannya. Dia terlihat senang sekali. Susi juga merasa lega karena hasilnya tidak buruk.
            “ Terima kasih ya Susi. Kau benar-benar baik sekali. Kau juga pintar.”
            “ Sama-sama. Lain kali kau tak perlu bersedih lagi hanya karena tak bisa merayakan hari ibu.”
            “ Iya. Lain kali aku tak akan bersedih lagi.”
            “ Ya sudah, kalau begitu aku pamit pulang. Ibuku pasti mengkhawatirkanku karena aku tak segera pulang.”
            “ Iya, terima kasih Susi. Hati-hati di jalan ya.”
            “ Ya.”
***
            “ Ibu! Aku pulang… “ Teriak Susi dari luar rumah.
            “ Ya ampun Susi, kau dari mana saja? Ibu benar-benar khawatir karena kau tak segera pulang.”
            “ Maaf bu, tadi Susi mampir kerumah teman untuk membantunya.”
            “ Memang ada masalah apa?”
            “ Ada deh.” Kata Susi sambil mengedipkan sebelah matanya.
            “ Selalu main rahasia.” Kata ibu Susi.
            “ Oh iya, selamat hari ibu. Susi sayang sama ibu.”
            Susi mengeluarkan kado dan kartu ucapan dari tasnya dan memberikannya pada ibu. Ibu Susi tersenyum dan memeluk erat Susi.
            “ Terima kasih Susi. Ibu tak butuh kartu ucapanmu dan kadomu. Yang ibu butuhkan hanyalah keberadaanmu di sisi ibu. Ibu sudah cukup bangga memiliki anak sepertimu.” Kata ibu Susi.
            “ Sama-sama ibu. Susi juga bangga punya ibu yang baik sekali. Apalagi masakan ibu yang super enak.” Kata Susi sambil nyengir.
            “ Bilang saja kalau kamu lapar. Ayo masuk, ibu sudah buatkan makanan kesukaanmu.”
            “ Asik…” Kata Susi, lalu mereka masuk ke dalam rumah.
***
            Saat sore hari, di rumah Lili, Lili sedang sibuk menyapu lantai rumahnya. Lalu, ayah Lili datang dengan membawa kantung plastik. Terlihat ayah Lili kelelahan sehabis bekerja. Ayah Lili berangkat dan pulang kerja hanya jalan kaki. Wajar saja kalau terlihat lelah.
            “ Ayah sudah pulang? Apa yang dibawa ayah?”
            “ Ini ayah belikan makanan kesukaanmu. Biasanya kalau hari ibu kau selalu ingin makan makanan kesukaanmu kan?” Lalu ayah menyerahkan kantung plastik itu pada Lili.
            “ Terima kasih ayah. Oh iya, Lili juga punya sesuatu untuk ayah. Sebentar ya.”
            Lili berlari ke dalam kamarnya lalu keluar lagi dengan membawa kado dan kartu ucapan yang tadi telah dibuatnya bersama Susi.
            “ Selamat hari ayah.” Kata Lili sambil menyodorkan kado dan kartu ucapannya.
            Ayah Lili membaca tulisan di kartu ucapan yang berbunyi ‘ Selamat hari ayah. Lili sayang sama ayah. I love you Ayah.’ Ayah Lili benar-benar terharu karena baru kali ini dia menerima kado dan kartu ucapan dari anaknya. Yang dia tau Lili hanya menyayangi ibunya dan tak pernah mempedulikannya.
            “ Maafkan Lili ayah karena Lili tak pernah mempedulikan ayah. Padahal selama ini ayah yang selalu menghibur Lili kalau Lili sedang sedih.” Kata Lili sambil menunduk.
            “ Tidak apa-apa Lili. Ayah tahu kau sangat menyayangi ibumu. Wajar saja seorang anak menyayangi ibunya karena sejak dalam rahim, anak lebih dekat dengan ibunya. Benar kan? Terima kasih ya Lili, ayah benar-benar senang sekali mendapat hadiah dari anak ayah.”
            “ Sama-sama ayah.” Kata Lili sambil tersenyum.
            Lili dan ayahnya berpelukan. Lili menangis di pelukan ayahnya karena terharu. Baru kali ini dia benar-benar merasa dekat dengan ayahnya. Selama ini dia seperti menjaga jarak dengan ayahnya sendiri.
            “ Eh, tapi ngomong-ngomong kenapa jadi hari ayah?” Tanya ayah Lili.
            “ Tadi teman Lili yang memberi saran pada Lili. Dia bilang seperti ini pada Lili.”
#Flashback
            “ Sekarang apa yang akan kita lakukan?” Tanya Lili.
            “ Membuat hari ibu menjadi hari ayah.”
            “ Bagaimana mungkin hari ibu menjadi hari ayah?”
            “ Tentu saja mungkin. Karena ibumu sudah tiada, tentu saja ayahmu yang menggantikan posisi ibumu dirumah ini. Mungkin kau tak menyadari itu. Karena itu kita buat hari ibu menjadi hari ayah.”
            “ Aku tidak mau!” Kata Lili.
            “ Kenapa?”
            “ Aku tak pernah dekat dengan ayahku.”
            “ Justru ini cara tepat agar kau bisa dekat dengan ayahmu. Ibumu tak butuh dengan perayaan hari ibu. Kau bisa mendoakan ibumu agar ibumu tenang di alamnya sebagai kado untuk ibumu. Lagipula ibumu meninggal bukan karena dia tak menyayangimu, itu karena memang sudah waktunya ibumu meninggal. Dimana ada kehidupan disitu juga ada kematian. Dan semua itu Tuhan yang telah menentukannya. Kita tak bisa melawan takdir. Jika kau terus bersedih karena kehilangan ibumu, ibumu juga akan sedih. Dia tak akan tenang disana karena merasa bersalah sudah meninggalkanmu. Ibumu akan tersiksa kalau terus melihat anaknya bersedih. Kau tak ingin ibumu tersiksa hanya karena kau bersedih kan? Aku memang tak pernah merasakan kehilangan ibu. Tapi aku memahami bagaimana perasaan ibu yang tersiksa kalau melihat anaknya bersedih hanya karena dia tinggalkan.” Kata Susi.
              Apakah ibu juga bersedih di alam sana?”
            “ Tentu saja ibumu akan sedih kalau kau sedih. Tapi ibumu akan bahagia kalau kau bahagia. Kau ingin ibumu bersedih?”
            “ Tidak. Aku ingin ibu bahagia.”
            “ Kalau begitu kau jangan sedih. Kau tak perlu merasa kehilangan ibumu. Selama kau masih mengingat ibumu di dalam hatimu, ibumu akan tetap berada disisimu. Kau mungkin tak bisa melihatnya, tapi dengan hatimu kau bisa merasakan kehadirannya.” Kata Susi.
            “ Ehm… Baiklah. Untuk ibuku, aku akan berusaha agar tak bersedih lagi. Aku juga akan selalu mendoakan ibuku agar ibuku bahagia.” Kata Lili dengan semangat.
            “ Tapi, apa aku harus dekat dengan ayah?” Tanya Lili.
            “ Tentu saja. Selama ini ayahmu yang menemanimu. Ayahmu juga bekerja keras untuk memenuhi segala kebutuhanmu. Apa kau tak merasa iba pada ayahmu? Dia sudah berjuang keras untuk berada disisimu sementara kau tak mempedulikannya. Ayahmu juga manusia yang punya hati. Mungkin dia sakit hati kalau kau tak menganggapnya ada. Bagaimanapun juga itu ayahmu. Ayahmu pasti menyayangimu.” Kata Susi.
            “ Tapi, menurutku ayah tak pernah sakit hati. Nyatanya dia selalu bersikap biasa saja padaku.” Kata Lili.
            “ Mungkin dia tak ingin kau tahu kalau dia sedih. Cobalah sekali-kali kau memberikan perhatian padanya. Aku yakin dia akan senang. Cobalah sekali ini saja.”
            “ Baiklah, aku akan mencobanya. Semoga aku bisa.” Kata Lili.
#End Flashback
            “ Oh, jadi ini saran dari temanmu. Pintar juga dia. Ayah harus berterima kasih padanya karena sudah membuat anak ayah menjadi perhatian pada ayah.” Kata ayah Lili sambil tersenyum.
            “ Iya ayah. Susi memang anak yang baik. Dia juga anak yang bijak.”
            “ Ayo kita makan dulu. Ayah sudah lapar.”
            “ Iya.”
TAMAT