Sabtu, 31 Desember 2011

ANGIN


Setiap malam, aku selalu melihat kakakku yang sedang berada di teras. Dia selalu melihat ke langit. Aku tak tahu apa yang sebenarnya dipikirkannya. Kakak juga tak pernah berbicara denganku. Apalagi dia tak pernah bertatap muka denganku. Aku jadi semakin ingin tahu apa yang sebenarnya dipikirkan kakak.
Suatu hari, aku diam-diam mendekati kakak yang sedang melihat ke langit. Dia hanya duduk terpaku, aku heran apakah dia tak merasa lelah jika dia seperti itu. Aku duduk disampingnya dan memegang tangannya. Kakak terlihat hanya biasa saja. Dia memandangku dalam-dalam sampai akhirnya dia kembali menatap ke langit. Aku sedikit kesal dengan sikapnya yang sangat dingin. Padahal, dulu kata ibu, ayah tak pernah bersikap dingin pada siapapun, apalagi ibu. Aku heran kenapa kakak bisa seperti itu.
“ Selamat malam, kak. Sedang apa kakak disini sendirian?” tanyaku dengan lembut. Aku takut membuatnya marah. “ Kalau kau ingin tahu apa yang kulakukan, pejamkan matamu. Kau akan  mendengarkan suaraku.” Jawab kakak dengan sangat singkat. Aku tak tahu apa yang dimaksud kakak. Aku hanya diam saja dan menuruti apa kata kakak. Aku memejamkan mataku dan aku sangat kaget mendengarkan sebuah suara yang amat sangat merdu. Ketika aku membukakan mataku, suara itu tiba-tiba menghilang. Aku memandang kakak yang terus memandang ke langit. Lalu, aku kaget ketika kakak berbicara.
“ Mia, sebaiknya kau masuk saja kedalam. Kau hanya mengganggu saja bagi kami.” Kata kakak. Aku hanya mengangguk dan pergi. Aku heran dengan kakak, disana ‘kan Cuma ada aku, kenapa dia mengatakannya kami dan mengapa aku dibilang mengganggu. Lalu, aku melihat ada seseorang yang sedang memperhatikan kakak. Karena gelap, aku tak dapat melihat wajahnya dengan sangat jelas. Meskipun kakak sedingin itu sebenarnya kakak sangat cantik.
Keesokan harinya aku ingin sekali mendekati kakak. Hanya saja pintu kamarnya tertutup. Aku mengetuk pintunya perlahan. Tak ada jawaban apapun dari dalam.
“ Mia,jangan ganggu kakakmu. Dia tak mau diganggu sama sekali. Lebih baik kau sarapan dulu.” Kata ibu dari belakang.
Aku melihat ibu membawa semangkuk bubur ayam dan segelas teh hangat. Setiap pagi ibu selalu membawanya ke kamar kakak. Aku hanya mengangguk dan pergi meninggalkan ibu yang masuk ke kamar kakak.
Ketika aku dan ibu berada di ruang makan, aku memecahkan keheningan di ruangan itu.
“ Ibu, bolehkah aku bertanya?” tanyaku.
“ tentu saja boleh, memangnya ada apa Mia?” jawab ibu dengan sangat lembut.
“ Mia heran, kenapa kakak tak pernah berbicara dengan kita. Bahkan kalau berbicara itupun sangat singkat. Aku tak bisa memahami perasaan kakak.” Kataku.
“ meskipun begitu, dia juga kakakmu. Tapi, semua yang kau katakan itu benar. Ibu juga sendiri heran apa yang sebenarnya dipikirkan kakakmu. Setiap malam, kakakmu selalu saja berada diluar dan hanya memandang langit dengan tatapan kosong. Seandainya saja ibu bisa mengerti.” Kata ibu dengan sedikit sedih.
Malam ini kakak kembali berada diluar. Aku hanya melihat kakak dari dalam jendela. Lalu, aku melihat ada seseorang yang mendekati kakak dan duduk disebelah kakak. Aku sangat kaget karena itu adalah Brain yang sangat suka aku ikuti karena sebenarnya aku suka dengannya. dia hanya diam lalu memegang tangan kakak. Kakak hanya memejamkan mata dan melepaskan tangannya dari genggaman Brain. Aku baru ingat kalau aku belum memperkenalkan kakak pada Brain. Aku takut nanti Brain mengira bahwa itu aku karena wajah kakak kembar denganku. Lalu, aku membuka sedikit jendela agar aku bisa mendengarkan suara mereka berdua.
“ Selamat malam nona, siapakah nama anda?” tanya Brain dengan sangat lembut dan sok merayu. Itu adalah ciri khas Brain. Kakak hanya memandangnya dalam-dalam dan kembali melihat langit.
 “ apakah kau sedang melihat bulan itu?” tanya Brain.
Kakak hanya diam saja dan tak berekspresi. Brain semakin mendekat dengan kakak. Lalu, tiba-tiba saja kakak melakukan sesuatu yang belum pernah aku lihat yaitu menampar Brain tanpa ekspresi sedikitpun.
 “ Kau hanya mengganggu kami saja dan kau adalah orang yang amat sangat membuatku resah daripada adikku. Kalau kau tak ingin ada badai, sebaiknya kau segera pergi dari sini.” Kata kakak dengan nada yang sedikit terdengar marah. Itu pertama kalinya aku melihat kakak sedikit berekspresi.
Brain terlihat ketakutan dan akhirnya dia pergi. Kakak kembali duduk dan hanya menatap langit. Aku tak bisa mengerti kenapa kakak bisa semarah itu dengan Brain? Aku kembali ke kamar dan tidur. Keesokan harinya aku mendengar suara yang amat sangat lembut yang bukan seperti biasa aku dengar. Tak mungkin itu suara ibu. Suara siapakah itu? Aku membuka mataku dan aku melihat kakak yang duduk disampingku. Aku tak tahu harus melakukan apa.
“ maaf kalau kakak mengganggumu. Kemarin, kau tahu ‘kan kalau Brain datang mendekatiku. Aku tahu kau pasti sedikit cemburu. Kakak tak ingin menyakiti hatimu, hanya saja kakak juga sudah terlanjur jatuh cinta dengan Brain. Hanya saja kakak tak peduli. Oh ya, kakak ingin memberitahumu, Brain akan menunggumu di dekat sungai pukul Sembilan. Jadi, sebaiknya kau segera datang.” Kata kakak. Suara kakak sangat lembut dan senyum kakak yang sangat manis membuatku terpesona.
“ sekarang jam berapa kak?” tanyaku.
“ sekarang sudah jam setengah Sembilan.” Kata kakak.
Aku sangat kaget dan aku cepat-cepat pergi ke kamar mandi. setelah bersiap-siap aku segera berlari. Di jalan aku terus memikirkan kakak. Kenapa firasatku sangta tak enak. Selama aku berbicara dan berjalan-jalan dengan Brain, pikiranku hanya pada kakak. Firasatku benar-benar tak enak. Akhirnya aku memutuskan untuk segera pulang. Aku melihat kakak masih biasa saja. Hanya saja dia mengurung diri didalam kakak dan duduk di depan radio yang sedang berputar. Aku sangat lega melihat kakak meskipun hanya dari jendela luar kamar kakak.
Malam harinya, aku melihat kakak berada diluar. Hanya saja berbeda dari biasanya, dia memejamkan mata. Aku tak tahu apa yang dilakukannya. Keesokan harinya, aku bangun lebih pagi dari biasanya. Aku masih melihat kakak yang berada diluar hingga akhirnya matahari pun terbit. Aku heran karena biasanya kalau matahari telah muncul, kakak akan pergi dari tempat itu dan masuk ke kamarnya.
Ibu datang dan menghampiriku.
“ Mia, apa yang terjadi dengan kakakmu? Kenapa sampai pagi ini dia belum masuk ke kamar?” tanya ibu dengan lembut.
“ aku tak tahu bu. Dia hanya diam saja dan terus memejamkan matanya bu.” Jawabku.
 Aku memegang tangan dan tubuh kakak. “ Ibu, kenapa tubuh kakak sangat dingin?” tanyaku dengan polos.
 Aku juga sedikit khawatir dengan kakak yang lemah itu. Ibu meletakkan tangannya di lengan kakak untuk merasakan denyut nadinya. Tiba-tiba saja ibu menangis. Ternyata nyawa kakak sudah tidak ada. Aku menangis di pelukan ibu. Aku tak menyangka bahwa suara yang sangat lembut itu dan yang pertama kali aku dengar akan hilang begitu saja. Aku merasa aku seperti sesuatu yang hanya membawa bencana saja.
Setelah proses upacara pemakaman telah selesai, aku memasuki kamar kakak yang sangat bersih dan wangi. Tak seperti kamarku yang berantakan sekali. Aku melihat ada sesuatu yang terbungkus sebuah kotak yang dibungkus seperti kado terletak diatas meja. Aku membaca surat yang berada diluar kotak. Isi surat itu adalah:
Bukalah dan kau akan tahu siapa aku.
Aku membuka perlahan. Ternyata itu hanyalah sebuah rekaman dan gantungan lonceng milik kakak. Aku menyetel rekaman itu di radio milik kakak. Aku merekam kaset itu. Mungkin saja aku bisa memberitahukannya pada ibu. Lalu terdengar sebuah suara yangs angat lembut.
“ hai, kenalkan namaku mytha. Aku adalah anak pertama dari dua bersaudara. Wajaku sangat mirip dengan adikku yang bernama Mia. Aku jarang sekali berbicara dan bertatap muka dengan keluargaku. Aku seperti itu sejak ayah meninggal. Sebenarnya aku sangat sayang pada adikku, hanya saja aku tak mau kalau dia tahu apa yang aku lakukan. Setiap malam, aku sering sekali keluar rumah dan melihat ke langit. Aku melakukan itu karena disana aku dapat melihat ayah dan suara ayah yang sangat merdu. Ayah memberitahuku bahwa aku akan tinggal disana. Aku tak tahu apa maksud ayah, karena itu aku selalu melihat kesana. Hingga akhirnya kemarin malam aku mendengar suara ayah. Ayah mengatakan bahwa aku akan dapat melihat wajah adikku untuk yang terakhir kalinya, maka dari itu aku membangunkan adikku dan berbicara dengan adikku walau Cuma sebentar. Aku sangat merindukan adikku meskipun kami tak pernah pergi terlalu jauh, tapi rasanya seperti tak pernah bertemu selama lebih dari 13 tahun. Aku juga merasakan seperti masakan ibu adalah masakan yang paling enak yang pernah aku rasakan berbeda dengan masakan ibu sebelumnya. Hingga akhirnya pada malam hari aku memejamkan mata dan aku dapat merasaka bahwa aku terbang setinggi mungkin dengan ayah. Aku hanya dapat berharap semoga aku bisa terus berada disisi adikku yang paling aku sayangi. Maafkan aku karena aku telah membuat kalian sedih.” Tiba-tiba saja mati.
Aku tak mengerti apa maksud perkataan kakak. Bagiku yang terpenting adalah sebenarnya kakak sangat menyayangiku dan aku tak pernah menyadari hal itu, selamat jalan kakak. Aku akan tetap menyayangimu untuk selamanya.

PERI KABUT PAGI


Di muka bumi, setiap pagi hari selalu muncul kabut pagi. Dibalik kabut pagi itu, ada beberapa peri yang bertugas mengeluarkan kabut pagi itu. Para peri itu diberi sebutan dengan peri Kabut Pagi. Suatu hari mereka seperti biasa mengeluarkan kabut mereka. Tapi, pagi itu Ratu peri menyuruh meeka membuat kabut pagi yang tebal. Lalu,mereka mendengar ada 3 orang anak yang sedang berolahraga pada pagi hari. Karena masih terlalu pagi dan kabut yang sangat tebal salah satu diantara mereka tidak melihat adanya batu yang sangat besar.
“Aduh sakit sekali. Apa ini?” Anak pertama itu mengambil batu besar itu dan membuangnya.
“Gara-gara kabut pagi ini yang sangat tebal membuat kita menjadi rugi. Jika setiap pagi kita selalu seperti ini pasti kita akan terluka terus menerus.” Kata anak kedua.
“ Menurut cerita yang aku dengar, yang membuat kabut ini adalah peri Kabut Pagi.” Kata anak ketiga.
                “Oh begitu, kalau aku bisa melihat peri-peri itu, maka akan aku peringatkan kepada mereka agar tidak membuat kabut lagi dan jika mereka saat ini mendengar kata-kataku maka mereka harus menghentikan untuk membuat kabut pagi!” Kata anak pertama denagan nada marah. Ketiga bersaudara itu pun pulang.
                “ Kurang ajar sekali mereka. Kita kan sudah susah payah membuat kabut ini mereka malah menghina. Bagaimana ini ketua? Apakah kita akan menuruti kehendak mereka?” Tanya para peri Kabut Pagi kepada ketua mereka.
“ Jika kita tidak melaksanakan pekerjaan kita, Ratu pasti akan marah. Tapi, Ratu juga sudah pernah bilang kepada para peri agar membuat orang-orang di bumi bahagia. Jadi menurut kalian bagaimana?” Kata ketua dengan bimbang.
                “ Bagaimana kalau kita berpura-pura saja jika kita telah membuat kabut pagi dan jangan sampai ketahuan oleh Ratu.” Kata Peri Putih salah satu dari Peri Kabut.
 “ Tapi, setelah kita membuat kabut dipagi hari, bukankah tugas Peri Pagi untuk menyapa semua makhluk yang ada di bumi. Peri Pagi hanya keluar jika kabut sudah muncul dan mulai ada cahaya yang menerobos kabut, kan?” Kata Peri Nila.
                “ Itu mudah saja. Kita bangunkan peri pagi sesuai jadwal jika dia bangun, kalau dia bertanya mengapa tak ada kabut kita bilang saja bahwa kabutnya sudah lama hilang dan peri pagi agak kesiangan.” Kata peri hitam.
“ Pintar juga kau. Jadi mulai besok kita tak akan membuat kabut, semuanya setuju?” Tanya Ketua Peri Kabut Pagi.
“SETUJU” Kata mereka dengan serempak.
                Sejak saat itu mereka tak pernah membuat kabut pagi lagi. Sebulan telah berlalu. Mereka masih belum melakukan pekerjaan mereka. Lalu mereka dipanggil oleh Ratu peri.
“ Ada apa Ratu peri? Mengapa anda memanggil kami?” Tanya ketua.
“Apa kalian telah mengerjakan tugas kalian?” Tanya Ratu peri dengan lembut.
                “ Sudah Ratu peri. ” Ucap mereka.
“ Mengapa kalian berbohong padaku? Sebenarnya kalian tak pernah melaksanakan tugas kalian dan membohongi peri pagi, kan?” Kata Ratu peri membuat para Peri kabut pagi itu keheranan.
“ Bagaimana anda tahu jika kami tidak pernah melaksanakan tugas kami? Apakah para Peri Malam yang memberi tahu anda?” Tanya para Peri Kabut Pagi.
“ Bukan. Peri Malam tak pernah mengatakan apapun padaku jika masa tugasnya telah berakhir. Aku tahu Itu semua karena sayap kalian terlihat kotor sekali.” Kata Ratu.
Para Peri Kabut Pagi melihat sayap mereka. Sayap mereka memang sangat kotor. Mereka tak tahu mengapa sayap mereka kotor. Selama ini sayap mereka tak pernah sekotor itu.
“ Kalian pasti heran mengapa sayap kalian bisa sekotor itu. Itu karena kalian tak pernah tersentuh oleh embun pagi yang muncul karena kabut pagi. Sama seperti peri hujan. Jika ia tak melaksanakan tugasnya sayapnya pasti akan kotor karena tak pernah terkena air hujan. Apakah kalian tahu sebenarnya apakah fungsi kalian untuk membuat kabut pagi? Kabut pagi membuat udara akan sejuk. Selama ini manusia mempunyai gas yang sangat kotor sekali. Pada pagi hari, itu waktu yang tepat untuk membersihkan udara kotor itu. Karena itu juga waktu yang sangat nyaman untuk para manusia berolahraga karena mereka menghirup udara yang bersih. Jika kalian amati saat ini, bumi sangatlah panas dan banyak sekali kotoran di udara karena kalian tak membuat kabut pagi. Sekarang apakah kalian telah mengerti betapa pentingnya kabut pagi bagi kehidupan manusia? Jika ada yang menghina kalian, jangan hiraukan perkataan mereka. Yang penting kalian tak membuat dunia menjadi rusak. Mulai besok lakukan tugas kalian!” Kata Ratu peri.
“ Baik. Kami akan laksanakan tugas ini sebaik mungkin.” Kata para peri itu dengan semangat.
Kini mereka telah mengerti apa alasannya mereka membuat kabut pagi. Mereka akan berusaha agar membuat kabut yang berguna bagi masyarakat jika saja pohon di dunia ini masih banyak. Sebaiknya kalian melakukan reboisasi agar  kabut bisa terlihat dengan jelas. Mungkin saja jika kalian melihat kabut pagi kalian bisa melihat para peri kabut pagi itu dan juga peri pagi yang selalu membantu mereka dan mendatangi mereka yang peduli akan lingkungannya.